Kuansing, Detakindonesianews – Suasana riuh rendah mulai terasa di tepian Sungai Kuantan. Pacu jalur, salah satu festival budaya terakbar di Riau, akan segera bergulir dalam hitungan hari.
Namun, di tengah gemuruh persiapan yang kian memuncak, Bupati Kuantan Singingi (Kuansing), Suhardiman Amby, mengungkapkan sebuah harapan sekaligus tantangan yang masih menggantung, minimnya bantuan nyata dari pemerintah pusat.
Suhardiman Amby menjelaskan bahwa persiapan festival yang akan dimulai pada 20 Agustus ini telah mencapai 70 persen.
“Secara teknis sudah hampir rampung. Tinggal lagi ada turap-turap lokal yang sedang kami kerjakan,” ujarnya di Tepian Narosa, Jumat (15/8/2025).
Meskipun demikian, ia tak menampik bahwa dukungan dari pemerintah pusat masih sebatas konsep dan belum menyentuh aspek finansial.
“Menteri Pariwisata masih dalam bentuk dukungan-dukungan konsep, ya. Finansial belum. Kami masih menunggulah,” tegas Suhardiman.
Pernyataan ini mencerminkan situasi yang kerap dihadapi oleh pemerintah daerah dalam menyelenggarakan acara berskala nasional. Dukungan moral dan konseptual memang penting, namun bantuan finansial seringkali menjadi kunci utama dalam memastikan kelancaran dan kualitas acara.
Sorotan utama tertuju pada infrastruktur. Hingga kini, tribun penonton masih dibangun secara tradisional menggunakan kayu, sebuah pemandangan yang menunjukkan betapa kuatnya tradisi lokal, tetapi juga menyoroti kebutuhan akan fasilitas yang lebih permanen dan aman.
“Kita butuh stadion permanen. Kita harap ada bantuan dari APBN,” harap Suhardiman.
Harapan ini bukan tanpa alasan, sebab pacu jalur bukan hanya sekadar perlombaan, melainkan ajang yang menarik ribuan wisatawan dan menjadi roda penggerak ekonomi lokal.
Pekerja terlihat sibuk merampungkan pembangunan tribun dari kayu, berpacu dengan waktu untuk menyambut ribuan pasang mata yang akan membanjiri Tepian Narosa.
Di sisi lain, penataan tepi sungai Seberang Kuantan juga terus dilakukan. Alat berat masih terlihat bekerja menormalisasi tepian sungai, mengatasi pendangkalan yang menjadi salah satu tantangan bagi para ‘jalur’ untuk berlaga.
Pacu jalur adalah perayaan atas tradisi yang telah mengakar kuat. Setiap ‘jalur’, sebutan untuk perahu panjang khas Kuansing, tidak hanya melambangkan kebersamaan dan kegigihan, tetapi juga menjadi simbol kebanggaan bagi setiap desa yang diwakilinya. Setiap kayuhan adalah cerminan dari semangat kolektif yang tak pernah padam.
Kini, dengan semakin dekatnya hari H, semua mata tertuju pada Kuansing. Para peserta terus berlatih, panitia bekerja keras, dan masyarakat bersiap menyambut.
Namun, di balik semua persiapan yang gigih, ada satu hal yang masih dinantikan yakni uluran tangan dari pemerintah pusat yang dapat membantu tradisi ini melaju lebih kencang, lebih megah, dan lebih permanen.
“Mudah-mudahan kedatangan Pak Presiden atau Wapres ada bantuan dalam bentuk bantuan permanen, infrastruktur,” pungkas Suhardiman.
Suhardyman menyampaikan, ucapan ini bukan hanya sebuah harapan pribadi, tetapi juga mewakili suara ribuan masyarakat Kuansing yang mendambakan pengakuan dan dukungan penuh terhadap warisan budaya mereka.(Inf)